KOLOM KANG ONNO W. PURBO
Written by Quantum Study Club on 10.41
Penulis dan Bpk. Onno Widodo Purbo, M.Eng, Ph.D.
Guru Kami Semua
(Akan Kami Wujudkan Mimpi-mimpi mu Bapak!)
Onno W. Purbo
Onno Widodo Purbo (lahir di Bandung 17 Agustus 1962; umur 46 tahun) adalah seorang tokoh (yang kemudian lebih dikenal sebagai pakar di bidang) teknologi informasi asal Indonesia. Ia memulai pendidikan akademis di ITB pada jurusan Teknik Elektro pada tahun 1981. Enam tahun kemudian ia lulus dengan predikat wisudawan terbaik, kemudian melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa dari PAUME.
RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang dilontarkan[1]. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi media, seminar, konferensi nasional maupun internasional. Percaya filosofy copyleft[2][3], banyak tulisannya dipublikasi secara gratis di internet.
Daftar isi
|
Riwayat pendidikan
- 1987 S1 Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Elektro. Judul tugas akhir "Perancangan dan implementasi rangkaian RS232C 8 kanal & program untuk praktikum" di bawah bimbingan Prof. DR. Samaun Samadikun[4] dan DR. Adang Suwandi
- 1989 S2 (M.Eng) McMaster University, Kanada – Semikonduktor Laser. Judul thesis "Numerical models for degenerate and heterostructure semiconductor diodes" di bawah bimbingan Prof. DR. D.T.Cassidy[5] dan Prof. DR. S.H. Chisholm.
- 1993 S3 (Ph.D) Universitas Waterloo, Kanada – Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit. Judul thesis "Studies on Polysilicon Emitter Transistors made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator" di bawah bimbingan Prof. DR. C.R. Selvakumar[6].
Penghargaan
Menerima beberapa penghargaan / pengakuan tingkat nasional dan internasional, seperti- 1987, Lulusan Terbaik, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.
- 1992, Masuk dalam buku "American Men and Women of Science", R.R.Bowker, New York (Amerika Serikat).
- 1994, Profil Peneliti, KOMPAS 26 Desember 1994.
- 1996, Menerima "Adhicipta Rekayasa", dari Persatuan Insinyur Indonesia[7].
- 1997, Menerima “ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award”, dari ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO)
- 2000, Masuk dalam buku "Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global", Editor Ninok Leksono, KOMPAS.
- 2002, Eisenhower Fellow, dari Eisenhower Fellowship[8] (Amerika Serikat).
- 2003, Sabbatical Award, dari International Development Research Center (IDRC[9]) (Kanada).
- 2005, Ashoka Senior Fellow, dari Ashoka[10] (Amerika Serikat).
- 2008, Menerima "Gadget Award Exclusive Appreciation", dari Majalah Gadget.
- 2008, Menerima "IGOS Summit 2 Award", dari MENKOMINFO "Atas Semangat dan Perjuangan menyebarluaskan pemanfaatan Open Source di Indonesia.
- 2008, Masuk dalam buku "Indonesia 100 Innovators", Business Innovation Center [11].
Peristiwa penting
- Mei 1998, memimpin penulisan naskah "Kerangka Konseptual: Nusantara 21" di Yayasan Litbang Telekomunikasi Informatika (YLTI).
- 1999-2000, kepala Perpustakaan Pusat[12] Institut Teknologi Bandung (ITB).
- Mantan Dosen Institut Teknologi Bandung, sejak Februari 2000. Berdasarkan SK MENDIKNAS No. 533/K01.2/KP.04.2/SK/2000 tanggal 28 Februari 2000 tentang Pemberhentian dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil ditandatangani oleh Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso M.Sc. a.n. MENDIKNAS.
- Memberi Workshop Internet Wireless dan VoIP di beberapa negara, seperti, Afrika Selatan, Amerika Serikat[13], Bangladesh, Bhutan[14], Cambodia, Denmark, Laos, India, Malaysia, Nepal, Thailand, Timor Leste[15], Tunis.
- Menjadi anggota advisory board pada beberapa organisasi nasional & Internasional, seperti,
- Pernah menjabat di pengurusan ORARI Lokal dan Daerah Jawa Barat maupun Jakarta.
- Sejak tahun 2006, menjadi koordinator bagian Pendidikan & Latihan (DIKLAT) di pengurus ORARI[18] Pusat yang materinya dihosting di beberapa situs di Internet[19][20][21][22]
- Sejak tahun 2007, membina Kelompok Remaja Melek IT (Kerm.IT)[23] di lingkungan Kemayoran, Jakarta Pusat.
- Sejak September 2008 aktif sebagai Qualified Trainer di Wireless University http://www.wirelessu.org untuk memberikan training teknologi wireless internet di seluruh dunia.
Daftar tulisan
Publikasi internasional
Beberapa cuplikan publikasi internasional yang pernah dilakukan adalah,- Onno W. Purbo, D.T. Cassidy and S.H. Chisholm, "Numerical model for degenerate and heterostructure semiconductor devices," J. Appl. Phys., vol. 66, no. 10, pp. 5078-5082, 15 November 1989.
- Onno W. Purbo and C.R. Selvakumar, "Simultaneous extraction of hole barrier height and interfacial oxide thickness in polysilicon emitter bipolar transistors," Solid State Electronics, Vol. 34, No. 8, pp. 821-826, 1991.
- Onno W. Purbo and C.R. Selvakumar, "High gain SOI polysilicon emitter transistors," IEEE Electron Device Letter, Vol. 12, No. 11, pp. 635-637,1991.
- Onno W. Purbo and Adang Suwandi, "Automation of Bipolar Transistor Characterization," IEEE conference, Kuala Lumpur, 1992.
- Onno W. Purbo, "Development of Low Cost Wide Area Network in Indonesia," Journal of Scientific Indonesia, Vol. 1, No 1, October 1991.
- Onno W. Purbo, "SOI Transistor for high speed devices and satellite applications," Journal of Scientific Indonesia, Vol. 1, No 1, October 1991.
- C.R.Selvakumar and O.W.Purbo, "Polysilicon emitter bipolar transistor realized on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator material," SPIE conference on "Emerging Optoelectronic Technologies" Bangalore, India, 16-21 December 1991.
- Onno W. Purbo, C.R. Selvakumar and D. Misra (NJIT, USA), "Reactive Ion Etching of SOI (ZMR and SIMOX) Silicon in CF4+O2 and SF6+O2 Plasmas," the Fifth International Symposium on Silicon-on-Insulator Technology and Devices of the Electrochemical Society, St. Louis, Missoury, 17-22 May 1992.
- Onno W. Purbo, C.R. Selvakumar and D. Misra (NJIT, USA), "Reactive Ion Etching of SOI (SIMOX and ZMR) Silicon in Nitrogen Containing CF4 + O2 and SF6 + O2 Plasmas," Journal of Electrochemical Society, vol. 140, no. 9, pp. 2659-2668, 1993.
- Onno W. Purbo, "An alternative approach to built low cost TCP/IP-based Wide Area Network in Indonesia," the South East Asia Regional Computer Confederation (SEARCC) '92 regional conference, Kuala Lumpur, 14 August 1992.
- Onno W. Purbo, "The building of information infra-structure to sustain the current growth in Indonesia," The Canadian Association for Studies on International Development (CASID) conference, Carleton University, Ottawa, 7-9 June 1993.
- O.W.Purbo and C.R.Selvakumar, "Gamma radiation effects on ZMR-SOI Polysilicon Emitter Transistors," 1993 International Conference on Microelectronics, Dhahran, 14-16 December 1993.
- Onno W. Purbo, "Low cost strategies for a sustainable microelectronics information system," MICRO'93, Surfers Paradise, Queensland, Australia 5-8 October 1993.
- Onno W. Purbo, "A Unified Model of Early Voltage for Bipolar Transistors at low temperatures," the 3rd ASEAN regional seminar (TARSMIT 94) on Microelectronics and Information Technology, 9-11 August 1994, Bangkok, Thailand.
- Onno W. Purbo, "Early voltage of ZMR-SOI polysilicon emitter transistors at low temperatures," the 3rd ASEAN regional seminar (TARSMIT 94) on Microelectronics and Information Technology, 9-11 August 1994, Bangkok, Thailand.
- Onno W. Purbo, F. Ihsan Hariadi & Mervin Hutabarat, "The microelectronics infrastructure in Indonesia," International Conference on Microelectronics 1994, Istambul, Turkey.
- Onno W. Purbo, "The Indonesia Computer Network Infrastructure A Status Report," Expert Group Meeting in the Development of RIHED Information Network on Higher Education, Bangkok, Thailand, March 14‑16, 1995.
- Budi Jatmiko, Abdulbasir, Eddy Yahya, Onno W. Purbo, and Ihsan Hariadi, "Optimizing temperature and time of phosphorous diffusion in p/B type polycrystalline silicon substrate," International Conference on Microelectronics ICM'95, Kuala Lumpur, Malaysia.
- Onno W. Purbo, Ichwan F. Agus, Arman Hazairin, A. Daniel Sembiring, Rudi Nursasono, Aulia K. Arief, Basuki Suhardiman, Zilmy Zamfarra, M. Halomoan Rambe, Februaris Purnomo, Bondan, Unedo Matondang, Denisz, Ismail Fahmi, Adnan, "Development of Computer Communication Network & its present status in Indonesia," The 4th ASEAN Science and Technology Week, 21 August - 1 September, Bangkok, Thailand.
- Soegiardjo Soegijoko, Onno W. Purbo, Widiadnyana Merati, Priyono Sutikno, Intan Achmad, "Indonesia Computer Network Status", Asia Pacific Networking Group (APNG) Meeting, 22-24 January 1996, Singapore.
- D.Misra, O.W.Purbo, C.R.Selvakumar, "Reduction of damage in Reactive Ion Etched Surfaces through Process Modification," SPIE: Microelectronics Processing '93, Monterey, California, 27-29 September 1993.
- Onno W. Purbo, “Indonesian Information Infrastructure & The Strategy to Implement Electronics Data Interchange (EDI),” International Seminar on Electronic Data Interchange: Implementation in Transport Sector, Yogyakarta 11-12 June 1997.
Buku
Menulis lebih dari 40 judul buku dengan topik sekitar teknologi Internet, Open Source, Linux, Keamanan Jaringan, Wireless Internet, Internet Telepon (VoIP). Beberapa diantaranya dalam bahasa Inggris dan dapat di download di Internet. Beberapa diantara buku tersebut adalah,- 1998, Onno W. Purbo, Gadang Ramantoko, Khrisnahadi Pribadi, Bobby Nazief, "Kerangka Konseptual Nusantara 21", Yayasan Litbang Telekomunikasi Informatika.
- 1998, Onno W. Purbo, Ismail Fahmi, Akhmad Husni Thamrin, Adnan Basalamah, “TCP/IP: Konsep Disain dan Implementasi”, Elexmedia Komputindo.
- 2000, Onno W. Purbo, "Teknologi Warung Internet", Elexmedia Komputindo.
- 2000, Onno W. Purbo dan Akhmad Daniel Sembiring, "Linux RedHat", Elexmedia Komputindo.
- 2001, Thabratas Tharom dan Onno W. Purbo, "VOIP: Voice over Internet Protocol", Elexmedia Komputindo.
- 2001, Onno W. Purbo dan Akhmad Daniel Sembiring, "APACHE Web Server", Elexmedia Komputindo.
- 2002, Onno W. Purbo, "Konferensi Video Melalui Internet", Penerbit Andi.
- 2003, Onno W. Purbo, "Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber", Penerbit Republika.
- 2003, Onno W. Purbo, "Infrastruktur Wireless Internet Kecepatan 11-22Mbps", Penerbit Andi.
- 2004, Samuel Prakoso, Tomy dan Onno W. Purbo, "Panduan Praktis Menggunakan E-mail Server Qmail", Elexmedia Komputindo.
- 2004, Onno W. Purbo, "Practical Guide to Internet Telephony", International Development Research Center
- 2004, Onno W. Purbo, "Practical Guide To Build A WiFi Infrastructure", International Development Research Center
- 2005, Onno W. Purbo, "Buku Pegangan Internet Wireless dan Hotspot", Elexmedia Komputindo.
- 2006, Onno W. Purbo, "PC Cloning Windows pakai Linux LTSP", Penerbit Andi.
- 2006, Onno W. Purbo, "Buku Pegangan Pengguna ADSL dan Speedy", Elexmedia Komputindo.
- 2007, Onno W. Purbo, "Buku Pegangan VoIP Rakyat Cikal Bakal Telkom Rakyat", InfoKomputer.
- 2007, Onno W. Purbo, "Panduan Praktis RT/RW-net", Infokomputer.
- 2007, Onno W. Purbo, "Akses Internet Menggunakan 3G", CHIP.
- 2007, "ICT Infrastructure in Emerging Asia: Policy and Regulatory Roadblocks", (co author) LIRNEAsia[24]
- 2008, Onno W. Purbo, "Intel Platform Administration Technology", Penerbit Andi.
- 2008, Onno W. Purbo, "Panduan Mudah merakit + menginstal server linux", Penerbit Andi.
- 2008, Onno W. Purbo, "Membangun Pemancar FM broadcast komunitas", Penerbit Andi.
Tulisan bebas yang dipublikasi di internet
Pranala luar
- (id) Profil di majalah Pantau, 2001
- (id) Profil di ilmukomputer.com
- (en) Profil di International Development Research Center IDRC, 2005
- (id) Profil di Sinar Harapan, 01/2008
Catatan
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Sejarah_Internet_Indonesia
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Society_Audit_Hasil_Penelitian
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Onno_W._Purbo#Beberapa_Cuplikan_Pemikiran
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Samaun_Samadikun_Yang_Saya_Kenal
- ^ http://engphys.mcmaster.ca/faculty_staff/faculty/cassidy/index.htm
- ^ http://www.ece.uwaterloo.ca/People/faculty/selvakumar.html
- ^ http://www.pii.or.id
- ^ http://eisenhowerfellowships.org/
- ^ http://www.idrc.ca
- ^ http://www.ashoka.org
- ^ http://www.bic.web.id
- ^ http://www.lib.itb.ac.id/
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Applause_Yale_Untuk_Pejuang_Frekuensi_Indonesia
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Perjalanan_ke_Bhutan
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Memberikan_Workshop_ICT_di_Dili_Timor_Leste
- ^ http://www.mastel.or.id
- ^ http://www.apdip.net/about/advisory
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Organisasi_Amatir_Radio_Indonesia
- ^ http://yb1zdx.arc.itb.ac.id/
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/speedyorari/
- ^ http://id.wireless.wikia.com.
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Panduan_Amatir_Radio
- ^ http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Kerm.IT
- ^ http://www.lirneasia.net/
Kategori: Kelahiran 1962 | Alumni Institut Teknologi Bandung | Profesional komputer
By:
Arus barang, jasa dan manusia semakin bebas
Pembagian kerja internasional ditentukan efisiensi
Pembagian kerja bergerak kearah horizontal
Selera konsumen mengalami perubahan (bersifat masal, bersifat individual)
Kedaulatan ekonomi suatu negara berkurang
Transparansi merupakan tuntutan
Sanksi pelanggaran makin nyata
Kemudahan akses ke ICT
Kecepatan distribusi knowledge
Peningkatan kompetisi dan supply
Perubahan kelas menengah yang cepat
Pengurangan biaya transaksi
Perubahan struktur organisasi (merger)
Pertumbuhan produktivitas yang cepat
Hampir sedikit inflasi, upah memadai dan pengangguran rendah
Knowledge adalah bagian dari perkembangan struktur pemikiran tentang informasi. Informasi yang dicerna, dikaitkan dan diserap oleh manusia, itulah knowledge. Struktur pemahaman tentang knowledge adalah sebagai berikut :
Pengertian Knowledge Based Society mulai muncul ketika lahirnya kesadaran tentang peran penting ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Knowledge yang menyatu (embodied) dengan sumber daya manusia sebagai human capital dan teknologi menjadi pusat pembangunan ekonomi. Dalam pengertian tradisional tentang fungsi produksi maka terpusat pada buruh, modal, material dan energi. Knowledge dan technology adalah faktor di luar yang mempengaruhi produksi. Namun baru beberapa tahun terakhir ini secara relatif pemahaman manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber penting pertumbuhan ekonomi,berkembang.
Lapangan kerja dan berbagai produk yang bersifat high-tech berkembang luar biasa seperti komputer, elektronik dan ruang angkasa. Dalam dekade yang terakhir, produksi manufaktur dan ekspor negara yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tumbuh lipat dua kali, mencapai 20-25%. Sekarang diyakini, lebih 50% GDP di dalam negara yang tergabung OECDÂ dalam ekonomi mereka menerapkan prinsip knowledge based.
Dalam suatu kerangka pemikiran sederhana, KBS adalah suatu perkembangan pola pikir seperti pada tabel 1 :
Sumber : Knowledge Based Society: World Wide Trends. From Paris to Helsinki, March, 23, 2003.
Pelaksanaan KBS di suatu negara selalu melewati berbagai tahapan dan dilaksanakan pada suatu dasar-dasar ekonomi yang jelas. Mulai dengan kaitan terhadap fundamental ekonomi makro, misalnya stabilitas makro, tingkat investasi yang tinggi dan kelembagaan ekonomi yang kuat. Selanjutnya, dasar makro yang kuat itu dibawa bergerak menuju strategi ilmu pengetahuan dalam ilmu ekonomi melalui penyaringan terhadap pengetahuan global, usaha R&D yang sifatnya lokal, edukasi dan infrastruktur informasi.
China : Ekonomi tumbuh tinggi dengan menjaring global knowledge melalui perdagangan dan investasi langsung dari negara luar.
Singapura : Ekonomi tumbuh dengan meningkatkan investasi dari luar.
Korea : Ekonomi tumbuh tinggi dengan melakukan impor global knowledge, tetapi tetap mengelola kepemilikan domestik.
Di dunia saat ini bahasa yang menyatukan visi tentang keberhasilan ekonomi dan industri salah satunya adalah kemampuan atau daya saing. Adalah Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang setiap tahun mengeluarkan Science, Technology and Industry Scoreboard (STI-Scoreboard) yang memberikan situasi mutakhir tentang data persaingan kecenderungan Knowledge Based Society berbagai negara.
Penerapan KBS akan mempengaruhi pembangunan ekonomi dengan berbagai cara. Pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih besar.
Penerapan KBS di Indonesia, akan membawa Indonesia masuk ke jajaran pembangunan ekonomi modern. Penerapan KBS akan mempengaruhi secara signifikan produk-produk tradisional dan juga jasa. Kesenjangan terhadap negara yang menerapkan teknologi tinggi dapat lebih mengecil.
Peluang penerapan KBS akan lebih besar apabila :
a. Pemerintah menerapkan strategi yang jelas mengenai pembangunan ekonomi dengan basis ilmu dan pendidikan.
b. Kerjasama yang kuat dan solid di bidang riset berbasis ilmu dasar dan teknologi, terutama berorientasi pada kebutuhan saat ini dan prospek masa depan.
c. Reformasi kebijakan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dijalankan secara konsisten.
d. Seluruh bangsa mempersiapkan diri untuk mempercepat proses-proses mekanisme innovasi menuju suatu target posisi ekonomi tertentu, misalnya menjadi negara kelas menengah pada 2017 dan negara maju pada 2028.
e. Mempercepat proses-proses pembangunan industri teknologi tinggi, misalnya teknologi elektronik.
f. Pembangunan pusat-pusat industri. Contoh, di China saat ini ada 53 pusat industri yang mempunyai peran sangat penting penyerapan dan membangun mekanisme inovasi serta promosi bisnis teknologi tinggi.
g. Mengembangkan bisnis swasta lebih besar.
a. Integrasi berbagai pendekatan menjadi knowledge based dalam perhitungan dan pemodelan ekonomi.
b. Mendorong terbentuknya network economy dengan skala dan value yang proporsional dan integrasi dengan it capabilities.
c. Mendorong terbentuknya komunitas membangun knowledge economy dalam sektor utama: agribusiness; retail management; supply chain management.
d. Mengarahkan research terpadu dengan faham dan visi baru.
e. Membangun strategy economy berbasis knowledge economy.
Refereces:
To See A Knowledge Based Society in Indonesia
Dr. Onno W. Purbo
add and Edited:
Arif Nurhasan S.T.
(Alumni IT TELKOM)
&
Arip Nurahman
Department of Physics
Faculty of Sciences and Mathematics, Indonesia University of Education
and
Follower Open Course Ware at Massachusetts Institute of Technology
Cambridge, USA
Department of Physics
http://web.mit.edu/physics/
http://ocw.mit.edu/OcwWeb/Physics/index.htm
&
Aeronautics and Astronautics Engineering
http://web.mit.edu/aeroastro/www/
http://ocw.mit.edu/OcwWeb/Aeronautics-and-Astronautics/index.htm
Faculty of Sciences and Mathematics, Indonesia University of Education
and
Follower Open Course Ware at Massachusetts Institute of Technology
Cambridge, USA
Department of Physics
http://web.mit.edu/physics/
http://ocw.mit.edu/OcwWeb/Physics/index.htm
&
Aeronautics and Astronautics Engineering
http://web.mit.edu/aeroastro/www/
http://ocw.mit.edu/OcwWeb/Aeronautics-and-Astronautics/index.htm
Misi IPTEK 2025
Mewujudkan masyarakat Indonesia
yang cerdas, kreatif, innovatif dan kompetitif
dalam suatu peradaban berbasis pengetahuan
(Knowledge Based Society)
yang cerdas, kreatif, innovatif dan kompetitif
dalam suatu peradaban berbasis pengetahuan
(Knowledge Based Society)
Misi Kebijakan Strategi
Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2008-2028
Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2008-2028
-"Suatu saat nanti anak cucu kita akan terheran-heran karena kebodohan telah lama dimuseumkan"-
-H2O-
Globalization (or globalisation) in its literal sense is the process of transformation of local or regional phenomena into global ones. It can be described as a process by which the people of the world are unified into a single society and function together. This process is a combination of economic, technological, sociocultural and political forces.[1] Globalization is often used to refer to economic globalization, that is, integration of national economies into the international economy through trade, foreign direct investment, capital flows, migration, and the spread of technology.[2]
Tom G. Palmer of Cato Institute defines "globalization" as "the diminution or elimination of state-enforced restrictions on exchanges across borders and the increasingly integrated and complex global system of production and exchange that has emerged as a result."[3]
Thomas L. Friedman "examines the impact of the 'flattening' of the globe", and argues that globalized trade, outsourcing, supply-chaining, and political forces have changed the world permanently, for both better and worse. He also argues that the pace of globalization is quickening and will continue to have a growing impact on business organization and practice.[4]
Noam Chomsky argues that the word globalization is also used, in a doctrinal sense, to describe the neoliberal form of economic globalization.[5]
Herman E. Daly argues that sometimes the terms internationalization and globalization are used interchangeably but there is a slight formal difference. The term "internationalization" refers to the importance of international trade, relations, treaties etc. International means between or among nations.
PROLOG
Globalisasi, apa yang kita hadapi ?
Arus barang, jasa dan manusia semakin bebas
Pembagian kerja internasional ditentukan efisiensi
Pembagian kerja bergerak kearah horizontal
Selera konsumen mengalami perubahan (bersifat masal, bersifat individual)
Kedaulatan ekonomi suatu negara berkurang
Transparansi merupakan tuntutan
Sanksi pelanggaran makin nyata
Konsen atas pelestarian lingkungan semakin mencolok
Bagaimana paradigma ekonomi baru merubah situasi bisnis di dunia ?
Kemudahan akses ke ICT
Kecepatan distribusi knowledge
Peningkatan kompetisi dan supply
Perubahan kelas menengah yang cepat
Pengurangan biaya transaksi
Perubahan struktur organisasi (merger)
Pertumbuhan produktivitas yang cepat
Hampir sedikit inflasi, upah memadai dan pengangguran rendah
Semua ini, tak mungkin dihadapi dengan ekonomi paradigma lama, kita membutuhkan paradigma baru : Knowledge Based Society
Mengapa kita butuh a Knowledge Based Society
Konsep Knowledge Based Society (KBS)
Knowledge adalah bagian dari perkembangan struktur pemikiran tentang informasi. Informasi yang dicerna, dikaitkan dan diserap oleh manusia, itulah knowledge. Struktur pemahaman tentang knowledge adalah sebagai berikut :
Pengertian Knowledge Based Society mulai muncul ketika lahirnya kesadaran tentang peran penting ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Knowledge yang menyatu (embodied) dengan sumber daya manusia sebagai human capital dan teknologi menjadi pusat pembangunan ekonomi. Dalam pengertian tradisional tentang fungsi produksi maka terpusat pada buruh, modal, material dan energi. Knowledge dan technology adalah faktor di luar yang mempengaruhi produksi. Namun baru beberapa tahun terakhir ini secara relatif pemahaman manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber penting pertumbuhan ekonomi,berkembang.
Sekarang, pendekatan analisis ekonomi berkembang sehingga knowledge merupakan bagian langsung yang mempengaruhi faktor produksi.
Teknologi yang terus mengalami perubahan bersamaan dengan proses globalisasi, bergerak menuju transformasi ekonomi yang dikenal dengan Knowledge Based Society (KBS). Ini merupakan tahapan lebih lanjut dari pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam menuju pembangunan berbasis ilmu pengetahuan. Di dalamnya, sumber daya manusia sebagai akibat pendidikan tumbuh menjadi faktor yang menentukan dalam kebijakan publik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan suatu negara.
Ada yang memberikan definisi secara sederhana bahwa KBS adalah suatu kemapanan ekonomi dengan dasar atau basis ilmu pengetahuan dan informasi untuk proses produksi, distribusi, aplikasi dan konsumsi. Dalam beberapa pengertian khusus, dapat dipahami bahwa KBS adalah hasil dari revolusi teknologi di era terakhir.
Tiga aspek perubahan penting dalam suatu proses penerapan KBS. Pertama, faktor produksi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berubah secara prinsip. Inovasi dan akumulasi ilmu pengetahuan menjadi faktor utama produksi. Kedua, peralatan produksi, yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, berubah secara prinsip.Ketiga, sektor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan secara kualitatif.
Saat ini, sebenarnya diskusi mengenai KBS itu sendiri sudah hampir selesai. Mereka mulai merasakan arti penting KBS dalam cara kerja dan kehidupan mereka sehari-hari .
Pilar KBS
Lapangan kerja dan berbagai produk yang bersifat high-tech berkembang luar biasa seperti komputer, elektronik dan ruang angkasa. Dalam dekade yang terakhir, produksi manufaktur dan ekspor negara yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tumbuh lipat dua kali, mencapai 20-25%. Sekarang diyakini, lebih 50% GDP di dalam negara yang tergabung OECDÂ dalam ekonomi mereka menerapkan prinsip knowledge based.
Di beberapa negara yang sudah menerapkan pemikiran KBS dan membuktikan bahwa KBS merupakan bagian strategi pembangunan yang benar, maka pada saat mereka memulai, timbul diskusi-diskusi yang serius. Semula hanya sebagai persepsi, namun sekarang diakui sebagai realita ekonomi yang mengantarkan negara-negara itu membenahi ekonominya dengan baik dan benar. China, misalnya.
Pada dasarnya, semua barang adalah knowledge based. Hanya saja, untuk barang yang diproduksi dengan menggunakan teknologi, biaya knowledge merupakan bagian paling penting dalam ongkos produksi. Secara sederhana cara menggambarkan KBS dapat dibandingkan antara biaya desain (design cost) untuk produksi micro-processor pasti jauh lebih besar daripada biaya desain untuk mobil.
Contoh lain, biaya riset dan pengembangan (R&D) untuk mengembangkan obat baru, prosentase dalam total cost pasti jauh lebih besar daripada biaya R&D untuk memproduksi jagung. Dengan demikian, pengertian penting KBS berkaitan barang yang membutuhkan kajian dan ilmu pengetahuan yang lebih besar untuk memproduksi. Biasanya, barang-barang ini mempunyai nilai tambah (value added) produksi yang besar dan sebarannya harus luas untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi.
Penopang KBS ada empat pilar, yaitu
(1) Sistem Pendidikan, yang menjamin masyarakat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan secara luas;
(2) Sistem Inovasi, yang mampu membawa peneliti dan kalangan bisnis menerapkan secara komersial hasil riset dan teknologi;
(3)Infrastruktur Masyarakat Informasi, menjamin masyarakat dapat melakukan akses secara efektif terhadap informasi dan komunikasi;
(4) Kerangka Kelembagaan dan Ekonomi, terjaminnya kemantapan lingkungan makroekonomi, persaingan, lapangan kerja buruh dan kemanan sosial.
Dalam suatu kerangka pemikiran sederhana, KBS adalah suatu perkembangan pola pikir seperti pada tabel 1 :
Tabel 1.
Pola Pikir Liberal, Modern, KBS
Pola Pikir Liberal, Modern, KBS
Sumber : Knowledge Based Society: World Wide Trends. From Paris to Helsinki, March, 23, 2003.
Mengapa kita membutuhkan visi pembangunan baru seperti Knowledge Based Society (KBS) ?
Kebutuhan ini terutama dimungkinkan karena kita selama ini terus menjadi negara berbasis pertanian dan berpenghasilan tetap rendah.
Negara-negara lain, perlahan tapi pasti atau secara cepat sudah berkembang menjadi negara-negara yang tidak lagi menggantungkan ke basis pertanian. Selama 1965 higga 1998, sumbangan sektor pertanian dalam GDP China menurun dari 38% menjadi 19%, Malaysia 28% menjadi 13%, bahkan Korea dari 36% menjadi hanya 5% dan Singapore dari 4% saat ini sudah 0%.
Kita juga masih membutuhkan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan, gisi dan air. Pengetahuan untuk bidang pertanian dan pembangunan wilayah seperti benih, diversifikasi pertanian dan juga pariwisata juga masih sangat membutuhkan ilmu pengetahuan di bidang tersebut. Industri-industri tradisional juga masih memerlukan masukan ilmu pengetahuan.
Kunci Dasar Penerapan KBS; Kasus di Singapura, China, Korea, Taiwan dan India
Pelaksanaan KBS di suatu negara selalu melewati berbagai tahapan dan dilaksanakan pada suatu dasar-dasar ekonomi yang jelas. Mulai dengan kaitan terhadap fundamental ekonomi makro, misalnya stabilitas makro, tingkat investasi yang tinggi dan kelembagaan ekonomi yang kuat. Selanjutnya, dasar makro yang kuat itu dibawa bergerak menuju strategi ilmu pengetahuan dalam ilmu ekonomi melalui penyaringan terhadap pengetahuan global, usaha R&D yang sifatnya lokal, edukasi dan infrastruktur informasi.
Di negara China, Singapura, Korea, dan India proses berlangsungnya KBS melalui berbagai cara :
China : Ekonomi tumbuh tinggi dengan menjaring global knowledge melalui perdagangan dan investasi langsung dari negara luar.
Singapura : Ekonomi tumbuh dengan meningkatkan investasi dari luar.
Korea : Ekonomi tumbuh tinggi dengan melakukan impor global knowledge, tetapi tetap mengelola kepemilikan domestik.
India : Mencoba membangun diri sendiri dalam waktu yang lama.
China, dalam proses penerapan KBS mulai dengan
(1) Pemerintah Pusat menggelar program promosi hubungan antara ekonomi dan ilmu pengetahuan dan pendidikan;
(2)Melakukan setting yang solid tentang riset dasar untuk berbagai sains dan teknologi di berbagai bidang utama, dengan memperhatikan kebutuhan saat ini dan masa datang;
(3) Melaksanakan dengan sukses reformasi system pengelolaan sain s dan teknologi;
(4) Seluruh masyarakat didorong untuk membentuk suatu masyarakat yang innovatif dan mampu menjadi negara kelas menengah pada tahun 2010;
(5) Mempercepat pengembangan sektor industri tinggi;
(6) Membangun pusat-pusat teknologi tinggi high-tech industrial park. Ada 53 pusat-pusat teknologi tinggi yang mampu menyerap teknologi, membangun mekanisme innovasi, mendorong perdagangan teknologi tinggi;
(7) Mendorong dan menumbuhkan peran swasta.
Di Singapura, proses penerapan KBS mulai dengan
(1) Foreign Direct Investment - FDI, atau penarikan investasi dari negara lain yang didukung oleh upah rendah dan kedisiplinan pekerja;
(2) Sukses penarikan investasi itu meningkatkan upah dan daya saing produk;
(3) Melaksanakan investasi besar-besaran di infrastruktur; airport, pelabuhan, dan informasi, pendidikan dan training serta pusat-pusat bisnis;
(4) Meneruskan strategi pengelolaan investasi dari luar untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui corporate headquarter dan pusat-pusat R&D;
(5) Sekarang memfokuskan diri menjadi pusat layanan jasa di Asia Timur; Pelayanan keuangan dan bisnis, pendidikan dan kesehatan, riset dan pengembangan.
Di Korea, strategi pengembangan KBS dimulai dengan
(1) Orientasi ekspor di tahun 1960-an;
(2) Menetapkan keberhasilan ekspor sebagai ukuran;
(3) Memperoleh banyak teknologi dari pembeli ekspor, desain dan produksi teknologi;
(4) Melakukan impor barang-barang bukan teknologi, tapi mencegah investasi dari negara luar;
(5) Investasi yang sangat besar di bidang pendidikan, sekarang terbaik di Asia, kecuali Jepang;
(6) Investasi yang besar di R&D;
(7) Membuka investasi dari luar, setelah krisis 1997
(8) Membuat strategi aliansi yang sangat banyak dengan korporasi internasional;
(9) Sekarang, menjadi negara pemain utama berbasis Knowledge Based Society.
India, sampai dengan tahun 1990, masih merupakan Negara yang inward oriented. Sejak tahun 1990 India
(1) Lebih agresif melakukan reformasi, membuka lebar pintu-pintu masuknya global knowledge
(2) Pertumbuhan hanya sekitar 2-3% sampai 1990, dan sekitar 6% di era 1990-an;
(3) Sukses yang dramatis di sektor industri software. Diperkirakan ekspor di sektor ini akan mencapai US$ 50 miliar di tahun 2008;
(4) Pasar domestik yang luas dan kemampuan sains masyarakat India.
Bagaimana proses dan sejarahnya sehingga Taiwan menjadi negara Asia yang masuk dalam jajaran 10 negara dengan daya saing dan perkembangan teknologi terbaik di dunia versi World Economic Forum pada tahun 2003-2004 Kronologisnya bisa dimulai dari suatu Keputusan Sidang Kabinet Taiwan tanggal 30 Agustus 2000, yang menetapkan program Pembangunan Masyarakat Berbasis Ilmu Pengetahuan/Knowledge Based Society (KBS).
Program itu diusulkan melalui proposal yang hanya berisi 33 halaman, inti dari proposal itu mengatakan: manusia dengan kemampuan dan kreasi ilmu pengetahuan dan menerapkan keahliannya itu dengan efisien maka ia pasti lebih unggul dari orang yang menguasai modal, tanah atau faktor-faktor produksi yang selama ini diketahui.
Tiga bulan setelah ditetapkan Keputusan Kabinet itu, jajaran Kabinet Taiwan langsung membuat rincian dari program implementasi, Kementerian Perencanaan Ekonomi kemudian merangkum seluruh program rincian itu dan melaporkan ke Kabinet pada akhir tahun 2002.
Selanjutnya, enam bulan kemudian dimulai training-training, merubah pola yang lama dan menyatukan dalam suatu layanan program on-line. Terbuktilah, Taiwan mampu bangkit menjadi bagian 10 negara berkemampuan daya saing paling baik di dunia.
KBS dan Kemampuan Daya Saing
Di dunia saat ini bahasa yang menyatukan visi tentang keberhasilan ekonomi dan industri salah satunya adalah kemampuan atau daya saing. Adalah Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang setiap tahun mengeluarkan Science, Technology and Industry Scoreboard (STI-Scoreboard) yang memberikan situasi mutakhir tentang data persaingan kecenderungan Knowledge Based Society berbagai negara.
Indikator biasanya meliputi empat kriteria antara lain difusi ilmu pengetahuan; masyarakat informasi; globalisasi ekonomi dan produktivitas & struktur ekonomi. Selain itu Scoreboard yang diperhitungkan juga dikombinasikan dengan indikator yang berkaitan dengan riset dan pengembangan, sumber daya manusia di dalam sains dan teknologi, peran organisasi multinasional dan struktur ekonomi dalam OECD.
Dalam pelaksanaan indikator-indikator itu terus mengalami perbaikan dan perubahan, misalnya mobilitas saintis dan peneliti suatu negara, inovasi yang dihitung dari jumlah paten; lahirnya teknologi baru, dsb. Berikut ini (Tabel 2) sebuah gambaran posisi Indonesia dibandingkan dengan rata-rata negara Asia Tenggara dan Finlandia, Negara yang memiliki daya saing nomor 1 di dunia pada tahun 2003. Angka pertumbuhan GDP diambil dari rata-rata pertumbuhan antara 1998-2002.
Tabel 2.
Variabel KBS di Indonesia, ASia Tenggaran dan Finlandia
Variabel KBS di Indonesia, ASia Tenggaran dan Finlandia
Peluang Penerapan KBS
KBS dan Pembangunan Ekonomi
Penerapan KBS akan mempengaruhi pembangunan ekonomi dengan berbagai cara. Pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih besar.
Kuantitas pengembangan ekonomi mungkin menurun namun kualitas akan meningkat jauh. Struktur ekonomi juga akan berubah. Beberapa sektor industri seperti komputer, industri nuklir, rekayasa industri juga akan memperoleh peran yang besar dalam ekonomi nasional.
Knowledge dan teknologi akan menjadi faktor penentu dalam ekonomi internasional dan kompetisi internasional akan lebih berat. Jajaran paling depan dalam kompetisi itu berubah menjadi riset dan pengembangan produk, termasuk dalam riset dasar.
Penerapan KBS di Indonesia, akan membawa Indonesia masuk ke jajaran pembangunan ekonomi modern. Penerapan KBS akan mempengaruhi secara signifikan produk-produk tradisional dan juga jasa. Kesenjangan terhadap negara yang menerapkan teknologi tinggi dapat lebih mengecil.
Peluang penerapan KBS akan lebih besar apabila :
a. Pemerintah menerapkan strategi yang jelas mengenai pembangunan ekonomi dengan basis ilmu dan pendidikan.
b. Kerjasama yang kuat dan solid di bidang riset berbasis ilmu dasar dan teknologi, terutama berorientasi pada kebutuhan saat ini dan prospek masa depan.
c. Reformasi kebijakan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dijalankan secara konsisten.
d. Seluruh bangsa mempersiapkan diri untuk mempercepat proses-proses mekanisme innovasi menuju suatu target posisi ekonomi tertentu, misalnya menjadi negara kelas menengah pada 2017 dan negara maju pada 2028.
e. Mempercepat proses-proses pembangunan industri teknologi tinggi, misalnya teknologi elektronik.
f. Pembangunan pusat-pusat industri. Contoh, di China saat ini ada 53 pusat industri yang mempunyai peran sangat penting penyerapan dan membangun mekanisme inovasi serta promosi bisnis teknologi tinggi.
g. Mengembangkan bisnis swasta lebih besar.
Prioritas knowledge economy :
a. Integrasi berbagai pendekatan menjadi knowledge based dalam perhitungan dan pemodelan ekonomi.
b. Mendorong terbentuknya network economy dengan skala dan value yang proporsional dan integrasi dengan it capabilities.
c. Mendorong terbentuknya komunitas membangun knowledge economy dalam sektor utama: agribusiness; retail management; supply chain management.
d. Mengarahkan research terpadu dengan faham dan visi baru.
e. Membangun strategy economy berbasis knowledge economy.
A Simple Vision
“to see a knowledge based society in Indonesia”, has been the base of most of my activities in the last ten (10) years. It is a challenging endeavor to be pursued.
Back in early 1990, while completing my Ph.D degree in EECS at University of Waterloo, Canada, Internet is in its infancy. Computer based discussion groups & share resources over the network were a common mode interaction in network platform. Study abroad with heavy network exposure has broadened my view on various aspect of technology as well as social, culture & life.
Being a licensed ham radio with callsign YC1DAV/VE3 has opened an opportunity to explore various alternatives in implementing a TCP/IP network over the radio based on VE3UOW the club station at University of Waterloo, Canada. Interaction with Indonesian YB colleagues was done via amateur store and forward message on 300bps network & sometimes via amateur low earth orbit satellite.
Knowledge gain in VE-land is distributed back to Indonesia via the slow radio network, but it provides sufficient ingredient for my fellow YB-land ham radio to start digging the technology & working on building the network lead by Robby YB1BG, Ben YB0EBS, YB1HR, YB2SV etc.
Merging these two (2) experiences, it was clearly shown the impact of knowledge transparency run on information / digital platform towards the society empowerment. Education level & open system has significantly shown its power on society empowerment.
In most cases, community based technologies may be a challenge to the inefficient incumbent operators. Transparency in technology & knowledge on IT would be the major key in building community based technology & networking to create information access infrastructure for the Indonesian people to gain knowledge & information needed to move towards the knowledge based society. These ideas & way of thinking have gradually accumulated into a clear vision, strong motivation & direction of my future life.
In 1993, after the completion of my Ph.D degree, I served as one of the young lecturer at Institute of Technology in Bandung (ITB). I worked with the students to build the TCP/IP based radio 1200bps network among schools, various institutions in Indonesia as part of the early Internet in Indonesia. No funding is received from ITB, World Bank, Indonesian Government all are self-financed. Consequently, used 286 machines, homebrew radio modem connected to handheld 144Mhz transceiver would be common configuration among us.
An amateur radio KA9Q NOS software is used to serve the mail server on a 286 machine. Free access to the Internet was provided by University of Indonesia (http://www.ui.ac.id) & Ministry of Science & Technology (http://www.iptek.net.id).
Knowledge distribution is the key in expanding the network, give away all documents & software (including the source code) for free is common among us. It provides significant motivation for others (close to hundred institutions & personal node) to join the bandwagon of the early Indonesian Internet. It’s free anyway.
In 1995, FreeBSD & Linux was deployed to serve as major network OS on our servers & routers. Campus MAN is build at ITB, as expected, no money from Gov’t & institution were used most of the funding was self-financed by the society as demand grows. Thus, demand created supply strategy is used rather than supply created demand as it costs much less & suits for community based development approach. As expected in some cases, we had to face the authoritarianism from the campus authority as we bypass their bureaucratic network.
Knowledge sharing & interaction among us was mostly done through various Internet mailing lists. The early major mailing list server in Indonesia was hosted at ITB run on majordomo@itb.ac.id. Currently, most of knowledge sharing & cyber community building in Indonesia are done through yahoogroups.com based mailing lists.
Experienced gain in implementing community-based network was published in many articles & papers in various Indonesian media. Knowledge was disseminated generously in various seminars & workshops. Currently, on the average of 3-5 seminars on Internet / week is organized & would be a hectic activity for those who gives talk on Internet.
Most (if not all) of our papers, articles, slides since the early ’90 can be downloaded for free from various sites such as http://www.bogor.net/idkf/ & http://louis.idaman.com/idkf/. Copyleft noticed is attached to enable others who have no access to the physical meeting occasions to gain the knowledge.
In September 1996, our group leads the connection of ITB to Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) lead by WIDE Project in Japan. A Ku-Band ground station was installed for the first time in Indonesia to get 2 Mbps Internet access to WIDE Network as part of Asia Pacific Advanced Network (APAN) part of Asia Pacific Information Infrastructure (APII) & connected directly to StarTAP & Internet 2 in the US. Heavy Internet research activities were performed.
The broadband Internet access in our research network is used to expand it to integrate various universities & schools in Indonesia. More than 20 institutions joined at their own expense with no significant funding from the Gov’t.
In addition to international conference papers, most of the research results were published in popular Internet books written in Indonesian languages. Currently, close to 20 books on Internet have been published by our group (Computer Network Research Group ITB) & helps the Indonesian to under Internet technology.
In 1999, ITB asked me to lead the ITB’s main library. It is a challenging task as the average salary of their ~90 staff is only US$20-30 / month. While trying hard to increase staff income via various self-finance seminar activities, injecting network culture into the staffs & building the infrastructure – a big picture of “knowledge management” is emerged.
Provide a free access to the computer facilities at the center, the students start playing with it & gradually build the ITB Digital Library at no expense from the institute. Lead by Ismail Fahmi (my ex student) of Knowledge Management Research Group ITB, Ganesha Digital Library is now connecting more than 20 other digital libraries in Indonesia & received funding approx. CAN$60.000 from IDRC Canada. It is their aim to accumulate knowledge generated in Indonesia & make the knowledge cycle more efficient as it would be one of the main ingredient toward the building of knowledge based society.
In February 2000, I resigned as a lecturer at ITB & Indonesian civil servant. I would like to dedicate my life to educate the Indonesian people not limited to few students at ITB. Since then, I work for no one & spent my time at home writing articles, active on the mailing lists & give talks. Focus is set towards the Internet access infrastructure for the Indonesian people as it would be the most strategic entry point to enable the society in gaining access to information & knowledge. High telecommunication tariff, expensive computing facilities, lack of knowledge in IT would be the major barrier for common people in accessing the Internet.
Internet sharing technology such as the one used in Internet Café would be the most ideal solution for most part of Indonesia. Several books in Internet café technology were published. More detailed information such as its simple business plan (in Excel) was distributed for free. Community is build based on Internet mailing lists, such as asosiasi-warnet@yahoogroups.com, asosiasi-warnet-broadband@yahoogroups.com, indowli@yahoogroups.com. These interactions really help raise the number of Internet café in Indonesia to ~2500 (in early 2001) from less than 100 in 1999.
An investment of less than US$10.000 most of the time will be paid off in less than one (1) year.
Investors, online media & dotcommers are now looking at Internet café as main alternative knowing the 60-70% internet users out side Jakarta accessing Internet through these facilities. Myohdotcom, for example, is planning to invest on ~6000 Internet café in Indonesia.
Due to expensive & low quality telco’s infrastructure, some of these Internet cafés are now using wireless broadband 2-11Mbps based on 2.4GHz. Currently, ~200-300 Indonesian Internet cafes are using the 2.4GHz 2-11Mbps infrastructure. Some even cooperate among them to buy a direct international Internet bandwidth via satellite such as via Interpacket, GlobalOne etc. Thus, no slow & expensive service from the incumbent operator is used. In early 1998, the 2.4GHz technology is developed by my students at CNRG ITB & is distributed through various media.
I understand, the effort is still in its infancy. Currently, with ~2 million Indonesian Internet users in Indonesia out of 200 million population, the task ahead of me to realize the vision is not easy. People’s education would be the primary strategy. Self-funding scheme would assure the sustainability of the movement. At least five (5) awards have been awarded thus far. I believe God will always help those who do good deeds.
I am fortunate enough to be able to life this far & share my knowledge to others with no permanent jobs (my choice of life).
While living happily with my wife Lina & our five (5) children Ito, Reza, Atik, Darry & Dsaq in our tiny & simple house.
(Onno W. Purbo)
Modern globalization
Globalization, since World War II, is largely the result of planning by economists, business interests, and politicians who recognized the costs associated with protectionism and declining international economic integration. Their work led to the Bretton Woods conference and the founding of several international institutions intended to oversee the renewed processes of globalization, promoting growth and managing adverse consequences.
These institutions include the International Bank for Reconstruction and Development (the World Bank), and the International Monetary Fund. Globalization has been facilitated by advances in technology which have reduced the costs of trade, and trade negotiation rounds, originally under the auspices of the General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), which led to a series of agreements to remove restrictions on free trade.
Since World War II, barriers to international trade have been considerably lowered through international agreements - GATT. Particular initiatives carried out as a result of GATT and the World Trade Organization (WTO), for which GATT is the foundation, have included:
- Promotion of free trade:
- Reduction or elimination of tariffs; creation of free trade zones with small or no tariffs
- Reduced transportation costs, especially resulting from development of containerization for ocean shipping.
- Reduction or elimination of capital controls
- Reduction, elimination, or harmonization of subsidies for local businesses
- Restriction of free trade:
- Harmonization of intellectual property laws across the majority of states, with more restrictions.
- Supranational recognition of intellectual property restrictions (e.g. patents granted by China would be recognized in the United States)
Cultural globalization, driven by communication technology and the worldwide marketing of Western cultural industries, was understood at first as a process of homogenization, as the global domination of American culture at the expense of traditional diversity. However, a contrasting trend soon became evident in the emergence of movements protesting against globalization and giving new momentum to the defense of local uniqueness, individuality, and identity. These movements used the same new technologies to pursue their own goals more efficiently and to appeal for support from world opinion.[8]
The Uruguay Round (1984 to 1995) led to a treaty to create the WTO to mediate trade disputes and set up a uniform platform of trading. Other bilateral and multilateral trade agreements, including sections of Europe's Maastricht Treaty and the North American Free Trade Agreement (NAFTA) have also been signed in pursuit of the goal of reducing tariffs and barriers to trade.
World exports rose from 8.5% of gross world product in 1970 to 16.1% of gross world product in 2001. [6]
[1] Bambang Setiadi, “Membangun Indonesia Menuju Knowledge‑Based Society, Misi IPTEK 2025”, Departemen Riset dan Teknologi, 2007
Diakses dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=76
pada hari Rabu, tanggal 2 April 2008
Diakses dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=76
pada hari Rabu, tanggal 2 April 2008
[2] Denis Trewin, “Discussion paper”, Measuring Knowledge‑Based Economy and Society”, Australian Bureau of Statistic, 2002
[3] Maria Caprile et. al., “Measuring Progress Towards the Knowledge‑Based Society, Quality of Working Life and Gender Equality”, 2004
[4] Syofyan A. Djalil, “Strategi dan Kebijakan Pembangunan di Bidang Komunikasi dan Informatika”, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, 2007
Diakses dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=528&Itemid=116
pada hari Rabu, tanggal 2 April 2008
Diakses dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=528&Itemid=116
pada hari Rabu, tanggal 2 April 2008
^ Sheila L. Croucher. Globalization and Belonging: The Politics of Identity a Changing World. Rowman & Littlefield. (2004). p.10
^ Bhagwati, Jagdish (2004). In Defense of Globalization. Oxford, New York: Oxford University Press.
^ Friedman,Thomas L. "The Dell Theory of Conflict Prevention." Emergin: A Reader. Ed. Barclay Barrios. Boston: Bedford, St. Martins, 2008. 49
^ ZNet, Corporate Globalization, Korea and International Affairs, Noam Chomsky interviewed by Sun Woo Lee, Monthly JoongAng, 22 February 2006
^ Jurgen Osterhammel and Niels P.Petersson. Globalization: a short history. (2005) P.7
See also
- Columbian Exchange
- Deglobalization
- Dependency theory
- Development criticism
- Economic history of Portugal
- Free Trade
- Global citizens movement
- Global justice
- Globality
- Global Policy Institute
- Globalization and disease
- Globalization and Health
- Globalization Index
- Globally Integrated Enterprise
- Great Transition
- Offshoring
- Outsourcing
- The Global Economy
- Transnationality Index
- World economy
- World Trade Organization
- World-systems theory
1. http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Onno_W._Purbo
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Onno_W._Purbo
3. http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=76
4. http://en.wikipedia.org/wiki/The_Use_of_Knowledge_in_Society
0 comments: Responses to “ KOLOM KANG ONNO W. PURBO ”